UNKHAIR, Universitas Khairun (Unkhair) Tmenghadirkan Prof. Dr. Ashok Das, M.Arch, akademisi dari University of Hawaii, sebagai pembicara utama dalam kuliah umum bertajuk “Towards Inclusive Planning: Concept, Approaches, Implications”, Rabu (25/6/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari penguatan jejaring akademik internasional serta forum diskusi tentang perencanaan yang lebih inklusif di wilayah Maluku Utara.
Wakil Rektor Bidang Akademik Unkhair, Dr. H. Hasan Hamid, M.Si, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut.
Menurutnya, pentingnya pendekatan perencanaan yang bersifat inklusif, mengingat kerentanan geografis dan sosial yang dihadapi Maluku Utara.
“Ini adalah langkah luar biasa dari teman-teman di Pusat Studi Bencana. Perencanaan tidak bisa hanya dilakukan oleh kelompok tertentu, tapi harus melibatkan semua pihak. Tema hari ini sangat relevan dengan kondisi kita,” ujarnya.
Warek menambahkan, nilai-nilai inklusivitas juga telah diterapkan di lingkungan akademik Unkhair, antara lain melalui pembentukan Unit Layanan Disabilitas. Unit ini aktif mengidentifikasi dan mendampingi mahasiswa berkebutuhan khusus agar dapat mengakses pendidikan tinggi tanpa hambatan.
“Contohnya, ada mahasiswa kami yang diterima di Program Studi Teknik Mesin namun memiliki keterbatasan pendengaran. Kami arahkan ke program yang lebih aman dan sesuai, seperti Teknik Sipil atau Arsitektur. Ini bentuk perhatian kami terhadap inklusi dalam pendidikan,” katanya.
Selain itu, Dr. Hasan turut menyoroti pentingnya pemahaman terhadap potensi geografis dan kearifan lokal dalam upaya mitigasi bencana. Wilayah seperti Ternate dan Morotai, yang dikelilingi gunung berapi, menurutnya, menyimpan kekayaan alam sekaligus tantangan yang perlu dihadapi dengan pendekatan ilmiah dan lokal.
Saat ini, kata Warek Unkhair memiliki lebih dari 16.000 mahasiswa yang tersebar di empat lokasi kampus, delapan fakultas, 54 program studi, serta satu program pascasarjana. Berdiri sejak 1965 dan resmi menjadi perguruan tinggi negeri pada 2004, Unkhair telah menjadi institusi pendidikan lintas budaya di kawasan timur Indonesia.
Dalam sesi pemaparan, Prof. Ashok Das menyampaikan pentingnya kolaborasi antarlembaga pendidikan dalam membangun kapasitas akademik global.
Ia menekankan bahwa universitas memiliki kekuatan moral dalam mendorong perubahan sosial yang berkelanjutan.
“Kuliah tamu ini adalah ruang pembelajaran dua arah. Unkhair bisa belajar dari University of Hawaii, dan kami juga bisa belajar dari Unkhair. Kerja sama ini harus ditindaklanjuti secara konkret, tidak berhenti pada MOU seremonial saja,” tegasnya.
Sebagai bagian dari penguatan kemitraan akademik, turut dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Unkhair dan Politeknik Bentara Citra Bangsa Jakarta.
Kolaborasi ini mencakup bidang pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta penyelenggaraan konferensi tentang perencanaan inklusif, dengan merujuk pada pelajaran dari 250 letusan Gunung Gamalama di Ternate.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Politeknik Bentara Citra Bangsa, Dr. Ir. Alice Arianto, MBA., Psy.D., CGP, dan Wakil Rektor I Unkhair, Dr. H. Hasan Hamid, M.Si, mewakili Rektor Unkhair, Dr. M. Ridha Ajam, M.Hum.
Dr. Hasan berharap, kerja sama tersebut segera diimplementasikan dalam program-program konkret dan dapat memberikan manfaat nyata bagi kedua institusi.
“Kerja sama ini adalah wujud kepercayaan dan semangat saling mendukung antar lembaga pendidikan tinggi,” ujarnya.
Sementara itu, Dr. Alice Arianto menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat Unkhair. Ia berharap kerja sama ini dapat berkembang secara berkelanjutan dan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas riset dan pendidikan nasional. (Kehumasan)*

