Mahasiswa Unkhair Wakili Indonesia di Vietnam, Bawa Inovasi dari Timur ke Panggung Dunia

UNKHAIR, Pagi itu, Selasa (24/6/2025), landasan Bandara Babullah Ternate diselimuti udara tenang, saat dua mahasiswa Universitas Khairun (Unkhair) bersiap memulai perjalanan yang tak biasa.

Menumpangi Garuda Indonesia flight number GA649, Winarsih Ransingin dan Higaya Arsyi, melangkah menuju pesawat dengan semangat yang tidak ringan, mereka membawa nama kampus, daerah, bahkan Indonesia ke panggung inovasi dunia.

Perjalanan mereka bukan sekadar dari Ternate ke Jakarta. Tujuannya jauh lebih besar, Innovation Product Competition, sebuah kompetisi bergengsi dalam rangkaian International Conference on Sustainable Agricultural Food and Energy (SAFE) 2025 yang akan digelar di National Economic University (NEU), Hanoi, Vietnam, pada 26–28 Juni 2025.

Keduanya merupakan mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknologi Hasil Pertanian (THP), Fakultas Pertanian Unkhair. Mereka akan mempresentasikan hasil riset berupa produk inovatif berbasis sumber daya lokal, sebuah solusi berkelanjutan yang menyentuh langsung terhadap isu krusial abad ini, yakni ketahanan pangan dan energi terbarukan.

“Inovasi mereka lahir bukan hanya dari laboratorium, tapi dari kepekaan terhadap tantangan riil masyarakat kita,” ujar Abdul Kadir Kamaluddin, SP., M.Si, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerja Sama Unkhair, yang juga menjadi dosen pembimbing mereka. Ia ikut mendampingi keberangkatan tim.

Winarsih dan Higaya tidak sendiri dalam menempuh jalan akademik ini. Mereka dibimbing pula oleh Dr. Hamidin Rasulu, STP., MP, yang sejak awal mendorong pendekatan riset aplikatif berbasis lokal.

Produk mereka dikembangkan selama berbulan-bulan, melalui tahapan studi, eksperimen, dan validasi lapangan. Di tengah berbagai keterbatasan fasilitas, mereka justru memetik kekuatan dari sumber daya yang ada.

“Kami percaya, inovasi tak harus lahir dari pusat-pusat teknologi besar. Ia bisa tumbuh dari tanah yang subur, dari nilai-nilai lokal yang dipadukan dengan ilmu pengetahuan,” kata Higaya, sesaat sebelum boarding.

Partisipasi ini bukan hanya sekadar kompetisi, melainkan menjadi bagian dari strategi penguatan Indikator Kinerja Utama (IKU) Universitas Khairun.

Kampus yang berada di jantung Maluku Utara ini tengah menapaki babak baru sebagai pusat pengembangan riset dan inovasi, terutama di bidang pertanian berkelanjutan, isu yang menjadi perhatian dunia seiring krisis iklim dan pangan global.

Bagi Warek, keberangkatan dua mahasiswa ini menjadi simbol bahwa anak-anak muda dari kawasan timur Indonesia mampu bersaing sejajar dengan mahasiswa dunia.

“Bukan lewat popularitas, tapi lewat ide dan keberanian menyuarakan gagasan dari tanah sendiri,” ujarnya.

Kini, di ujung timur negeri, dua mahasiswa ini bersiap untuk bicara di forum dunia. Mereka membawa lebih dari sekadar presentasi, mereka membawa harapan bahwa masa depan bisa ditanam dari tanah lokal, disiram dengan pengetahuan, dan tumbuh hingga mendunia. (Laporan Khusus Kehumasan)*