UNKHAIR, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Khairun (Unkhair) mengadakan seminar nasional, di Aula Nuku, Kampus II Unkhair, Selasa (11/11/2025).
Seminar ini menghadirkan para akademisi, peneliti, dan mahasiswa dari berbagai daerah, bahas isu-isu kebudayaan dan sejarah lokal, dengan tiga pembicara, yakni Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Bambang Purwanto, M.A, akademisi IAIN Ternate Dr. Murid Tonirio, serta Jou Hukum Soa-Sio Kesultanan Ternate, Gunawan Yusuf Radjim.
Seminar budaya mengangkat tema โPembangunan Kebudayaan dalam Merevitalisasi Warisan Sejarah dan Budaya Lokal di Maluku Utara.”.
Ketua Panitia, Dr. Umi Bajriah, M.A, dalam laporannya mengatakan, kegiatan ini bertujuan menyatukan langkah seluruh pemangku kepentingan dalam membangun kesadaran budaya lokal sebagai fondasi karakter bangsa.
โSeminar ini menjadi wahana bersama untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan daerah, memperkuat karakter bangsa, dan menjadikan kebudayaan sebagai landasan pembangunan,โ ujarnya.
Kata Dr. Umi, seminar terselenggara atas kolaborasi dosen dan mahasiswa FIB Unkhair, didukung RRI Ternate, yang menyiarkan acara secara langsung, serta partisipasi media lokal dan komunitas kreatif.
โTerima kasih kepada pihak universitas, terutama bidang keuangan, panitia, narasumber, dan peserta yang telah berpartisipasi aktif. Semoga ini menjadi awal gerakan bersama merevitalisasi warisan sejarah dan budaya lokal,โ harapnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unkhair, Dra. Nurprihatina Hasan, M.Hum, menyampaikan apresiasi kepada panitia dan peserta. Ia menegaskan pentingnya pembangunan kebudayaan sebagai bagian dari pembangunan manusia.
โRevitalisasi budaya berarti menghidupkan kembali nilai-nilai yang menuntun kita hidup seimbang dan berkarakter,โ ungkapnya.
Dekan FIB, juga menyoroti nilai-nilai luhur masyarakat Ternate yang berakar pada harmoni dan penghormatan terhadap sesama.
โDalam budaya Ternate, dikenal filosofi Jou Se Ngofa Ngare, Tuhan dan manusia, yang mengajarkan bahwa menghormati leluhur dan sejarah berarti menjaga hubungan spiritual dan sosial kita,โ katanya.
Sesi pemaparan, Prof. Bambang Purwanto, menegaskan kebudayaan nasional tidak akan pernah ada tanpa kebudayaan daerah.
โSeperti kata Ki Hadjar Dewantara, kebudayaan nasional adalah puncak-puncak kebudayaan daerah. Tidak ada kebudayaan nasional tanpa daerah,โ tegasnya.
Ia menyebut, pentingnya pemahaman baru tentang konsep adat, agar tidak terjebak pada pandangan kolonial.
โAdat harus ditempatkan sejajar dengan kebudayaan modern, bukan dipandang primitif. Justru masyarakat adat lebih dulu memahami keseimbangan hidup dengan alam,โ jelasnya.
Konteks Maluku Utara, Prof. Bambang menilai sejarah rempah, maritim, dan keragaman pangan merupakan potensi besar daerah ini.
โKalau kita bicara revitalisasi kebudayaan, Maluku Utara punya modal luar biasa. Namun potensi ini harus disadari sebagai bagian dari kebudayaan agar tidak tergerus,โ ujarnya.
Menurutnya, Ia juga menekankan bahwa isu pangan merupakan bagian penting dari kebudayaan.
โPangan di Maluku Utara bukan hanya beras, tapi juga sagu, ketela, keladi, semua itu bagian dari kebudayaan dan identitas kita,โ tutupnya.*
______________________________________
Laporan: Fai |Editor: Polo |Foto: Fai

