UNKHAIR, Fakultas Pertanian Universitas Khairun (Unkhair) menggelar kuliah umum dengan menghadirkan praktisi Pesantren Ekologi Misykat Al-Anwar II Bogor, Jawa Barat, Gus Nur Rosyid Murthado.
Kuliah umum berlangsung di Aula Babullah, Gedung Rektorat Kampus II Universitas Khairun, Ternate, Jumat (29/8/2025). Acara bertajuk “Islam dan Anti Kapitalisme,” itu dipandu oleh Wakil Dekan III Fakultas Pertanian, Ir. Aqshan Sadikin Nurdin, Sp., M.Sc.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Kerja Sama, dan Alumni Unkhair, Abdul Kadir Kamaluddin, SP., M. Si, dalam sambutannya, mengatakan pentingnya kuliah umum semacam ini sebagai ruang memperluas pemahaman lintas disiplin.
Dalam kesempatan itu, Wakil Rektor mengajak mahasiswa untuk tidak memandang ilmu secara parsial, melainkan mengaitkannya dengan kebutuhan masyarakat.
“Kegiatan ini penting agar mahasiswa memahami keterkaitan antara nilai keagamaan dan kesejahteraan ekonomi. Jangan sampai terjadi salah tafsir. Karena itu, saya mengajak mahasiswa memadukan ilmu satu dengan yang lain,” ujarnya.
Abdul, juga menyinggung perjalanan panjang Unkhair yang didirikan sejak 1964, dan kini berusia 61 tahun. Kampus yang mengambil nama Sultan Ternate itu, menurutnya, lahir dari perjuangan tokoh-tokoh Maluku Utara untuk menghadirkan perguruan tinggi di wilayah tersebut. Setelah melewati berbagai proses, Unkhair resmi dinegerikan pada 2004 bersama dua universitas lain.
Saat ini, tambah Warek Unkhair memiliki sekitar 18.000 mahasiswa yang tersebar di delapan fakultas, termasuk Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) yang baru berdiri dan telah meluluskan 68 dokter.
“Kami hanya memiliki tiga wakil rektor, tetapi selalu berusaha memperluas kerja sama dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta. Kolaborasi menjadi tolok ukur kemajuan perguruan tinggi,” kata Abdul.
Dalam pemaparannya, Gus Nur Rosyid menjelaskan bahwa Islam sejak awal hadir sebagai ajaran yang menolak ketidakadilan. Nilai-nilai Islam, kata dia, tak semata berbicara soal spiritualitas, tetapi juga mencakup keadilan sosial yang berpihak pada kaum lemah.
Gus Nur, mencontohkan Nabi Muhammad SAW yang bukan hanya memperkenalkan konsep ketuhanan, melainkan juga melawan praktik feodalisme, diskriminasi, dan oligarki yang menguasai Jazirah Arab pada masa itu.
“Islam membawa semangat perubahan sosial dan perlawanan terhadap ketidakadilan, nilai yang tetap relevan menghadapi dominasi kapitalisme modern,” ujar Gus Nur Rosyid.(Kehumasan)*
_______________________________________
Laporan: Acil |Foto: Chessa |Editor: Polo

