61 Tahun Unkhair: Merajut Inklusivitas, Menguatkan Kolaborasi

UNKHAIR, Universitas Khairun (Unkhair) genap berusia 61 tahun. Peringatan Dies Natalis kali ini tidak hanya menjadi ruang refleksi perjalanan panjang, tetapi juga penegasan arah baru pengembangan kampus.

Puncak Dies Natalis ke-61 Unkhair, digelar khidmat di Aula Banau, Akehuda Ternate, Sabtu, (23/8/2025. Senat universitas, tokoh masyarakat, dan pemerintah daerah hadir.

Rektor Unkhair, Dr. M. Ridha Ajam, M.Hum, menyebut kampus berdiri sejak 1964, itu bertahan berkat fondasi kokoh yang ditanamkan para pendiri.

“Universitas Khairun lahir dalam kebhinnekaan, tumbuh dalam keragaman, dan dirawat dalam semangat persatuan untuk satu tujuan, maju dan berdaulat melalui ilmu pengetahuan, teknologi, seni, sosial, dan humaniora,” kata Dr. Ridha.

Momentum tahun ini bertepatan dengan berakhirnya Rencana Induk Pengembangan (RIP) 2009–2029. Fase keempat RIP menekankan penciptaan tradisi penelitian yang berorientasi pada kemanusiaan dan kesejahteraan.

Saat bersamaan, menurutnya estafet kepemimpinan Unkhair segera berpindah kepada Prof. Dr. Abdullah W. Jabid, SE., MM, yang dijadwalkan dilantik sebagai rektor baru pada Senin, 25 Agustus 2025.

Empat tahun terakhir, lanjut Dr. Ridha Unkhair mencatat sejumlah capaian sesuai Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pendidikan, Tinggi, Sains, dan Teknologi. Serapan kerja lulusan, keterlibatan dosen di luar kampus, dan pembelajaran berbasis proyek meningkat signifikan.

Bagi Rektor, meski sempat menurun, partisipasi mahasiswa dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), jumlah dosen bergelar doktor, serta publikasi internasional kembali naik pada 2023.

Perkembangan lain terlihat dari jumlah program studi yang bertambah dari 45 menjadi 54, termasuk hadirnya Program Doktor Manajemen sebagai program doktor pertama di Unkhair. Dari sisi tata kelola, kampus ini juga mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama 2021–2024.

Selain itu, kata Dr. Ridha Unkhair menerima hibah aset lebih dari 157 miliar dalam empat tahun terakhir. Hibah terbesar berasal dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) berupa Gedung Kuliah Terpadu senilai Rp55 miliar dan peralatan senilai Rp15 miliar. Sejumlah hibah lain datang dari pemerintah daerah dan swasta, meliputi laboratorium, lahan pengembangan, rumah produksi air mineral, hingga satu unit ambulans.

Dengan tema “Sinergi dan Kolaborasi Menuju Kampus Inklusif dan Berdampak”, Dies Natalis ke-61 menjadi penanda transisi sekaligus pijakan agenda besar untuk membuka diri lebih luas, baik di tingkat nasional maupun global.

“Apresiasi setinggi-tingginya patut kita sampaikan kepada para pendiri. Tanpa fondasi mereka, Khairun tidak akan tumbuh menjadi universitas dengan pengaruh yang melampaui batas Maluku Utara,” tutup Dr. Ridha. (Kehumasan)*

_______________________________________
Laporan: Chessa |Foto: Fai |Editor: Polo