Unkhair Gelar Seminar Nasional Mental Health

Unkhair. Rektor Universitas Khairun, Dr. M. Ridha Ajam, M. Hum, kembali membuka kegiatan seminar nasional mental health, betajuk “Positive Mind, Positive Live”. Bertempat di Aula Nuku, Kampus II, Kelurahan Gambesi, Ternate Selatan. Kamis, 10/08/2023.

Seminar nasional tersebut, menghadirkan narasumber berbagai kampus, di antaranya psikolog Widyastuti, S. Psi, M. Psi dari Universitas Negeri Makassar (UNM), Amaliya Sj Kahar, S. Psi, M. Psi, psikolog Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, dan psikolog dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU), Ternate, Namriya Ismail, S.Psi, M.Psi.

Rektor Unkhair, Dr. M. Ridha Ajam, M. Hum, dalam sambutannya, mengatakan seminar nasional kesehatan mental, ini masif melibatkan mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi (PT) di Provinsi Maluku Utara. Pertama kali di gelar di Unkhair, dan banyak peminatnya, di banding kegiatan-kegiatan sebelumnya, setiap Kampus masing-masing melakukan kegiatan yang sama. “Pertama di pusatkan di Unkhair, dan ternyata peminatnya lumayan banyak”, tuturnya.

Kesehatan mental itu, menurutnya seseorang memiliki kemampuan memanage, dan bisa mengolah hati dan pikiran. Dari cara berpikir positive thinking (pikiran positif) dengan negative thinking (pikiran negatif), jika seseorang berpikir positif secara langsung berdampak terhadap kesehatan mental menjadi baik. Berbeda negatif thinking, tak bisa menerima kesuksesan orang lain di sekitarnya, apalagi melebihi satu tingkat di atasnya.

“Bagaimana mengelola hati dan pikiran menerima keberhasilan orang lain, sebaliknya lebih parah lagi sulit menerima kenyataan orang di sekelilingnya berhasil.  Berprsangka buruk kepada orang lain justru memperburuk kesehatan hati dan pikiran seseorang, karena itu positif thinking saja”,jelas Rektor.

Positive thinking, lanjut Rektor suatu sikap mental yang membuat pikiran dan hati bersikap tenang menghadapi keberhasilan orang lain dengan cara selalu berusaha untuk bersikap bijak dalam menghadapi ujian kehidupan. Selain menciptakan pikiran yang baik, perlu mengubah energi positif menjadi suatu kenyataan. Karena itu, perlu mengisi pikiran rasa optimisme menghadapi suatu keadaan yang mungkin tidak menyenangkan. “Sadar menerima kenyataan dari kesuksesan orang, dan berpikir orang lain berhasil kenapa kita tak bisa?”, tanya Rektor.

Rektor melanjutkan, positive thinking membantu seseorang jauh dari perasaan baper, dan ikut menjalin hubungan baik sesamanya. Apalagi menurutnya jangan berpikir minder dengan orang lain yang berdomisli di perkotaan, sedangkan yang lainnya berasal dari pedesaan (kampung). Lakukanlah perbuatan yang sama-sama baiknya, meski berbeda asal usul dengan sesorang.

“Lakukan sesuatu yang baik asaj, tanpa memandang orang lain berasal dari perkotaan, sementara yang lain tinggal di kampung, ini pikiran yang tak dibenarkan ke sesorang yang juga memiliki kemampuan yang sama. Sabar, dan berkompetisi secara sehat dapat memberi pengelolaan piikran positif”, jelasnya.

Rektor, menambahkan bukankah Agama Islam, Allah SWT, telah memberi isyarat bahwa sabar sebagian dari iman. Sabar memiliki sikap terpuji menerima segalanya. Itulah esensi dari mengelola sabar. Rektor mencontohkan bagaimana seseorang mengelola sabar menghadapi orang tengik, keselahan sedikit yang dilakukan seseorang kemudian berusaha melawannya dengan bereaksi bersuara keras bukan bagian dari solusi. “Menghadapi orang yang keras, perlu kesabaran, jika seseorang bersuara lantang, maka perlu dilakukan adalah dengan mengalah sebentar, agar masalah itu tak berlarut”, katanya.

Bayangkan saja, lanjut Rektor menghadapi orang emosian dengan reaksi negatif, apalgi yang bersangkutan kena senggol, dibalas dengan  menendang. Buntut kejadian itu orang beraalasan mendapatkan perlakuan tak nayaman, kemudian melaporkan ke institusi Kepolisian, kondisi ini pastinya menguras energi, bolak balik ke Kepolisian. Padahal, menurutnya coba dikelola dengan sabar sebentar saja, maka masalah tersebut tak menjadi panjang. Sebab, sabar tak mengurangi martabat, tak membuat harga diri seseorang berkurang.

Rektor mencontohkan, mengendalikan hati dan pikiran itu, seperti punya mobil, tapi telat datang ke suatu undangan, dan merasa paling penting, mendadak parkiran penuh, sementara harus berjalan jauh dari parkiran, otomatis mental terganggu. Akibatnya memicu emosianal, tentunya dapat mengurangi kekuatan syaraf-syaraf. Cobalah berpikir berpikir dari perspektif positif, parkiran mobil jauh memaksakan untuk berjalan kaki, dan kondisi itu membuat rongga otot lebih fleksibel. “Ini sebuah contoh bagaimana seseorang mengelola hati dan pikiran. Karena itu, implementasi ikhalas itu jangan disalah-gunakan,”contohnya.

Selain itu, Rektor menambahkan kejujuran, keterbukaan, dan komunikatif mempengaruhi kesehatan jiwa. Bahkan, menurutnya, ada banyak contoh lain dari kesehatan mental, misalnya teman baik pada salah satu komunitas, mendadak berubah sikap dari biasanya. Sebagai manusia yang memiliki perasaan hanya bisa di lihat dari bentuk perubahan wajah. Kondisi ini pernah dialaminya ketika menjabat sebagai Rektor Unkhair, ada indikasi perubahan wajah rekan-rekannya yang kadang-kadang merasa kurang di layani, bahkan sebagian dari mereka menemuinya secara resmi di Kantor berpenampilan compang camping membuatnya menilai rekan tersebut lagi dirundung masalah. Mari kelola hati, dan pikiran untuk pelayanan yang lebih prima.

Diakhir sambutan, Rektor berharap melalui kegiatan seminar ini, memberi pandangan, dan perspektif yang berbeda dalam berinteraksi sesamanya. Ubah pola komunikasi, bersikap, dan merespon sesuatu yang berbeda. Intinya, jangan mengkomunikasikan sesuatu yang menyinggung perasaan orang tesebut menjadi terluka. “Jangan menyinggung orang, dan membuat orang itu merasa tersakiti. Akhirnya, mengelola kesehatan mental adalah kembali kepada masing-masing orang, dan perjalanan hidup mengajarkan banyak hal. (humas) Penulis : Polo / Foto: Fai