Ketika Jalur Rempah Menuju UNESCO 2024
Unkhair. Berbagai diskusi terus dilakukan terkait rencana penetapan jalur rempah sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO di tahun 2024 nanti. Sejak tahun 2020 diskusi yang bertemakan jalur rempah telah dilakukan diberbagai Kampus dan Kota – Kota di Indonesia. Para sejarawan dan penggiat budaya kearifan lokal terus menggali berbagai informasi yang terjadi dimasa lampau.
Selain jalur rempah, kita dikenalkan dengan adanya jalur sutera. Jalur Sutra adalah sebuah jalur perdagangan internasional kuno yang berasal dari peradaban Tiongkok dan menghubungkan antara Barat dan Timur. Jalur ini merupakan jalur penghubung yang mempertemukan antara pedagang yang berasal dari barat dan timur untuk melakukan aktifitas perdagangan. Komoditas perdangangan dalam jalur ini adalah Sutera. Perdagangan ini dimulai dengan zaman kekaisaran China. Sedangkan jalur rempah memberikan pemahaman atau ideologi bahwa sebenarnya yang lebih dahulu membentuk jalur tersebut adalah daya tarik rempah-rempah sebagai komoditas utama perdagangan bukanlah kain sutra.
Untuk mendapatkan pandangan terakit rencana penetapan Jalur Rempah sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Asisten Deputi Wawasan Kebangsaan, Pertahanan, dan Keamanan, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan dan Wawasan Kebangsaan, Sekretariat Wakil Presiden mengadakan diskusi bersama para Peneliti, Sejarawan dan penggiat budaya dan kearifan lokal Universitas Khairun. Selasa (18/10/2022.
Diskusi yang berlangsung di ruang pertemuan lantai 3 Gedung Rektorat Unkhair dihadiri oleh Rd. Bagus Yuniadji Asisten deputi wawasan kebangsaan, pertahanan, dan keamanan, Sinto Weni Analis Kebijakan Madya dari Asisten deputi Hubungan Luar Negeri, Amri Kusumawardana analis kebijakan Madya dari Asisten deputi Hubungan Luar Negeri, Primadi Wicaksana: Analis kebijakan Muda dari Asisten Deputi wawasan kebangsaan pertahanan dan keamanan. Sementara dari Universitas Khairun hadir para dosen peneliti, sejawaran dan penggiat Heritage, sosiologi, antropologi dan lainnya.
Sebelum memulai diskusi Wakil Rektor II Unkhair, Dr. Abdullah W. Jabid,SE.MM memberi sambutan mewakili Rektor karena berhalangan hadir. Dalam sambutannya beliau mengatakan Universitas Khairun sangat menyambut baik kegiatan ini dan mendukung sepenuh Ternate dan Tidore sebagai Titik Nol Jalur Rempah. Dalam sambutannya Abdullah W Jabid mengatakan terima kasih kepada para Asisten Deputi dari Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia yang telah memilih Universitas Khairun sebagai tempat penyerapan pandangan terkait dengan rencana penetapan jalur rempah sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO di tahun 2024.
Dikutip dari laman https://jalurrempah.kemdikbud.go.id menjelaskan bahwa Kepulauan Nusantara pernah dikenal sebagai satu-satunya penghasil rempah istimewa, hal yang membuat tempat ini tersohor ke berbagai benua pada masa pencarian rempah. Dari latar historis, Nusantara memiliki daerah yang menjadi titik nol dalam Jalur Rempah, adalah Ternate, penghasil utama cengkeh dunia.
Ternate sebagai kota dagang yang ramai pada masa lampau, memiliki berbagai tinggalan bersejarah yang berkaitan dengan perdagangan rempah. Mulai dari bangunan, kesenian, budaya, hingga kuliner yang beberapa di antaranya telah ditetapkan sebagai cagar budaya.
Untuk diketahui bahwa cagar budaya sendiri tergolong dalam lima jenis, yaitu benda, bangunan, struktur, situs atau lokasi, dan satuan ruang geografis. Kriteria cagar budaya berusia setidaknya lima puluh tahun atau lebih, memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, serta memiliki nilai penting bagi penguatan kepribadian atau jati diri bangsa. Salah satu warisan dari jalur rempah di Ternate adalah Kedaton Ternate. Sebuah bangunan megah yang di dalamnya tersimpan berbagai peninggalan Kesultanan Ternate.
Diskusi diawali dengan penyampaian maksud dan tujuan kedatangan Tim dari Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia oleh Ketua tim Rd. Bagus Yuniadji. Dalam kesempatan itu Bagus Yuniadji mengatakan terima kasih atas kesediaan para pimpinan dan dosen di Universitas Khairun yang telah bersedia menerima Tim kami. Tujuan kedatangan kami untuk berdiskusi terkait jalur rempah yang rencanya akan ditetapkan sebagai warisan budaya dunia yang tidak berwujud oleh UNESCO pada tahun 2024, tutur Bagus Yuniadji.
Selain berdiskusi dengan masyarakat kampus, kegiatan ini juga bertujuan mengenalkan kepada masyarakat apa itu jalur rempah. Diskusi ini akan menghasilkan pandangan akademik yang nantinya akan disampaikan kepada pimpinan untuk menjadi masukkan dalam mengambil langkah langkah yang harus dilakukan terkait penetapan jalur rempah sebagai warisan dunia oleh UNESCO.
Tampil sebagai pembicara pertama Maulana Ibrahim, PhD, dosen Arsitektur Fakultas Teknik yang juga penggiat pelestarian pusaka budaya (Cultural Heritage). Dikesempatan itu Maulana menjelaskan bahwa berbagai riset (2011 sd 2015) telah dilakukan terkait dengan terbentuknya Kota Ternate yang diikuti dengan perjalanan jalur rempah.
Terkait dengan Ternate kota rempah sudah didiskusikan beberapa tahun lalu. Hal ini dibuktikan dengan video yang dibuat oleh Balai Cagar Budaya yang berjudul Ternate Titik Nol Jalur Rempah. (https://jalurrempah.kemdikbud.go.id)
Kerjasama dengan berbagai Universitas luar negeri telah dilakukan oleh Universitas Khairun. Tercatat di tahun 2019 Unkhair menjalin kerjasama dengan Universitas Lisbon dan Naval Academy of Portugal. Kedua kampus ini sangat tertarik dengan perkembangan jalur rempah yang telah tercipta oleh bangsa mereka sekitar 500 tahun yang lalu. “Padahal jika kita meriset lebih jauh lagi, bahwa jalur ini telah terbentuk sekitar 1000 tahun yang lalu sebelum Portugis maupun Spanyol datang” ungkap Maulana saat berbicara didepan tim Sekretariat Wakil Presiden.
Hubungan diplomasi antara Rektor Universitas Khairun dengan Rektor Universitas Lisbon dan Rektor Naval Academy of Portugal yang dituangkan dalam MoU pada tahun 2019 adalah suatu bentuk kerjasama yang mengingatkan dan memperkuat kembali kerjasama yang pernah dilakukan olah Sultan Ternate dengan Raja di Spanyol dan Portugal. “Kalau zaman dulu telah ada kerjasama dalam bentuk pemanfaatan perdagangan rempah, maka zaman sekarang Universitas Khairun memperkuat kerjasama dalam bentuk penelitian bersama dan pengabdian masyarakat terkait dengan perkembangan jalur rempah di Ternate, Tidore dan sekitarnya” tutur Maulana
Yang perlu disampaikan pada saat ini menurut Maulana Ibrahim adalah masa depan dan kekuatan bangsa dalam diplomasi budaya adalah jangan sampai kita generasi sekarang terjebak dengan jalur rempah sebagai warisan kolonialisme eropa semata. Padahal kita semua tau bahwa Portugis dan Spanyol hanya memanfaatkan jalur rempah yang telah terbentuk sebelumnya oleh pedagang China dan Arab serta Melayu. Maulana Ibrahim mengkwatirkan jangan sampai jalur rempah ini dapat mengkerdilkan posisi Ternate dan Maluku khususnya hanya berhubungan dengan orang orang Eropa. Hal ini disebabkan banyaknya kajian yang ditemui bahwa banyaknya budaya kolonial yang ada di daerah Ternate dan sekitarnya. Terkait dengan temuan literasi berupa surat tertua di dunia dari Sultan Ternate yang ditujukan ke Raja Portugal dengan bahasa malayu. “saya pastikan masih ada surat surat tertua lainnya dari Sultan Ternate ke Raja Raja di Eropa” ungkap Maulana.
Kedatangan Spanyol dan Portugis yang tercatat dalam prasasti di berbagai benteng yang ada di Ternate maupun Tirore menandakan bahwa adanya pengakuan sepihak kedua bangsa tersebut yang telah menguasai perdagangan jalur rempah. Hal ini membuat generasi sekarang terbuai dan percaya dengan prasasti prasasti tersebut, padahal jalur rempah di Ternate, Tidore dan sekiranya telah ada sebelum Spanyol dan Portugis datang. “jalur rempah pada masa itu adalah jalur rahasia untuk para pedangang, karena siapapun yang mengetahui jalur ini dialah yang menguasai perdagangan dunia waktu itu”. Ungkap Maulana dalam ruang diskusi itu.
Jalur rempah sudah terbentuk sekitar 1000 tahun yang lalu adalah berkah bagi Ternate dan sekitarnya, hal yang tidak terbantahkan bahwa Ternate, Tidore, Makian, Moti dan sekitarnya merupakan titik nol jalur rempah., “sampai saat ini belum ada hasil penelitian yang membantah bahwa Ternate, Tidore, Makian, Moti asal muasal Maluku yang menjadi pusat jalur rempah di Indonesia maupun dunia.
Dr. Syahril Ibnu, Sosiolog Universitas Khairun dalam kesempatan itu mengatakan bahwa simbol pemilik kota rempah itu bukanlah Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Kota Ternate namun Keraton atau dikenal di Maluku Utara adalah Kedaton. Diskusi terkait dengan Ternate kota rempah harus juga melibatkan pihak Kedaton yang dapat menjelaskan dan membuktikan asal muasal kota rempah tersebut. “esensinya bahwa kota rempah bukan milik orang atau badan atau pemerintah tapi milik masyarakat Maluku Utara untuk dibawa menuju proses pengakuan UNESCO tahun 2024” tutur Syahril.
Tampil sebagai pembicara berikut adalah Dr. Sahyunan. Beliau adalah peneliti Unkhair terkait dengan pengetahuan rempah dalam pemikiran orang oarang Eropa. Menurut pak Yunan sapaan Dr. Sahyunan, bahwa rempah dalam peradapan dunia barat diawali dengan ditemukan berbagai rempah rempah oleh para penjelajah di berbagai kepulauan di dunia ini. Pakar Filsafat Unkhair ini menjelaskan bahwa rempah oleh bangsa Eropa merupakan ramuan ajaib yang diyakini oleh bangsa Eroapa yang pernah digunakan oleh para dewa dewa pada masa itu.
Pada masa pengetahuan dikuasai oleh gerejawan, bangsawan dan raja raja di Eropa. Rempah rempah diyakini sebagai obat yang datang dari surga. Dengan pengakuan dari pihak gereja dan bangsawan itulah maka terbentuklah pemahaman di masyarakat bahwa rempah rempah adalah obat mujarab pada masa itu. “tutur Yunan.
Pada masa itu rempah rempah yang berasal dari tanah Ternate, Tidore dan Makian dan Moti memiliki kualitas yang sangat baik, hal ini dikarenakan alam dengan gunung vulkaniknya yang membuat tanah tanah disekitarnya sangat subur. Dengan kualitas yang sangat baik itulah, Ternate dan Tidore menjadi rebutan oleh bangsa bangsa Eropa.
Berbagai diskusi telah dilakukan terkait Ternate adalah titil nol jalur rempah, namun diskusi tersebut hanya menghasilkan perdebatan yang tidak berujung. “Perdebatan yang terjadi antara peneliti lokal terkait dengan sastra lisan yang tidak diperkuat dengan fakta dan data” ungkap Yunan dalam diskusi tersebut. Jika dilihat dari berbagai macam literatur yang ditemukan di luar negeri, terbukti bahwa Ternate, Tidore,Makian dan Moti adalah pusat rempah yang telah terbentuk pada masa 500 tahun lalu. Dr. Sahyunan juga mengatakan bahwa dengan jalur rempah bukan hanya terbentuk jalur ekonomi pada zaman dulu tapi juga terbentuk suatu peradaban baru antara bangsa Eropa dengan Indonesia yang kita rasakan bersama.
Antrolog Unkhair, Dr. Safruddin dalam kesempatan itu menanyakan terkait dengan posisi Universitas Khairun dalam wacana jalur rempah ini, “ada kesan kegiatan ini hanya projek pusat yang hanya mengambil data dan setelah itu selesai tampa ada hasil yang didapatkan oleh kampus maupun masyarakat Maluku” ungkap Safrudin. Untuk diketahui bahwa sebelumnya telah diproklamasikan adanya jalur sutera oleh China. Jalur sutera ini telah membuat China dan India yang saling mengakui asal muasal sutera tersebut. Dengan pengakuan China sebagai pemilik jalur sutera menandakan China dapat mengakui kawasan kawasan di Asia sebagai wilayah kekuasaannya.
Jalur rempah ini sangat luas wilayahnya sehingga pada diskusi ini saya tidak banyak mengkaji terkait dengan jalur rempah yang terjadi pada masa lalu tapi warisan budaya yang dihasilkan terbentuk setelah jalur rempah ada. Pada kesempatan itu Dr. Safruddin berharap adanya gerakan nasional jalur rempah yang juga melibatkan para peneliti Universitas Khairun untuk membantu Pemerintah pusat dalam pengusulan ke Unesco untuk mendapat pengakuan internasional terhadap jalur rempah di Maluku Utara.
Pakar Ekonomi Unkhair, Dr. Amran Husen dalam kesempatan itu memberikan pandangannya seharusnya kita memiliki ciri khas tersendiri dalam setiap makanan dan minuman yang disajikan kepada para tamu ketika datang berkunjung di Maluku Utara khususnya Ternate, “Penyajian minuman dengan citra rasa sirup pala dan kopi rempah seharusnya lebih diutamakan ketimbang minuman lainnya” ungkap Amran. Informasi terkait dengan ciri khas tersebut harus terus disampaikan agar dunia tau keberadaan produk hasil olahan dari rempah rempah yang dimiliki oleh Ternate dan Tidore.
Diskusi diakhir dengan tanggagapan balik oleh Rd. Bagus Yuniadj. Sebagai ketua tim dalam kunjungan ini Bagus Yuniadj mengatakan bahwa keseluruhan hasil diskusi terkait rencana penetapan jalur rempah sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO akan disampaikan kepada pimpinan Kementerian Sekertariat Negara RI dalam hal ini sekertariat wakil Presiden RI untuk dijadikan data dukungan dan rekomendasi terhadap kebijakan yang nantinya diambil oleh Pemerintah. Setelah melakukan diskusi semua peserta yang hadir berfoto bersama dan melanjutkan dengan perbincangan kecil antara tim sekertariat wakil Presiden RI dengan para Dosen peneliti. (Humas) Penulis Suratin/ Foto Fadli