Unkhair Berperan Aktif Sebagai Co-Host IFSR 2024

UNKHAIR–Sebagai institusi pendidikan yang terletak di pusat penghasil rempah dunia, Universitas Khairun turut berkontribusi dalam International Forum on Spice Route (IFSR) 2024, yang berlangsung secara hybrid.

Unkhair turut berkontribusi dalam International Forum on Spice Route 2024 (Istimewa). 

Tidak hanya berperan sebagai co-host, Universitas Khairun juga menjadi keynote speaker, yang disampaikan oleh Prof. Dr. Sundari, M.Pd., Kepala LPPM dan peneliti biomolekuler cengkeh.

Koordinator Bidang Kerja sama Kantor Urusan Internasion (KUI) Unkhair, Maulana Ibrahim, ST., MT., Ph.D, kepada Kehumasan, Minggu (29/9/2024) menjelaskan hari ketiga forum, Prof. Dr. Sundari, M. Pd mempresentasikan hasil riset terbaru mengenai penyusunan pustaka genom cengkeh afo, yang dikenal sebagai salah satu jenis cengkeh tertua di dunia.

“Riset ini menghasilkan data molekuler yang diharapkan dapat berkontribusi dalam pelacakan jalur rempah, yang dikombinasikan dengan berbagai disiplin ilmu”, ujarnya.

Hasil ini, bagi Maulana diharapkan penelitian Unkhair dapat memberikan dampak signifikan dalam pengembangan pengetahuan mengenai rempah.

Kata Maulana, forum internasional berlangsung empat hari tersebut ditutup dengan diskusi publik bertajuk “Quo Vadis Jalur Rempah” di Auditorium Museum Bank Indonesia.

Dalam diskusi tersebut, menurutnya Unkhair diwakili oleh Maulana Ibrahim, PhD., yang menjadi pembahas paparan Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid.

Foto Bersama International Forum on Spice Route 2024 (Istimewa). 

Lebih lanjut, acara ini juga melibatkan penjajakan kolaborasi antara Unkhair dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), termasuk MoU antara pimpinan Unkhair dan BRIN, serta Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara pusat riset BRIN dengan fakultas dan program studi di Unkhair.

“Langkah-langkah kolaboratif ini diawali dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Universitas Khairun dan Yayasan Negeri Rempah, yang dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan IFSR 2024 di Auditorium BRIN Gatot Subroto”, pungkas Maulana. (Kehumasan)*