UNKHAIR—Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Khairun (Unkhair) mengadakan kuliah tamu mengenai inovasi dalam pengobatan kanker moderen, di Aula Babullah, Gedung Rektorat Kampus II, Gambesi, Ternate, Jumat (25/10/2024).
Bertajuk “The Role of Radiopharmaceuticals in Modern Cancer Treatment”, yang dipandu oleh dosen, Apt. Rufaidah Azzahrah, S.Farm., M.Farm.
Kuliah tamu tersebut menghadirkan pembicara utama, Apt. Alfian Mahardika Forentin, S.Farm., M.Si, seorang Peneliti Ahli Pertama di Pusat Riset dan Teknologi Radiosotop dan Radiofarmaka Badan Riset Nasional (BRIN).
Hadir dalam acara ini, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Kedokteran Apt. Amran Nur, S.Farm., M.Kes, Koordinator Prodi Farmasi, Apt. Muhammad Subhan A. Sibadu, S.Farm., M.Si, serta para dosen dan mahasiswa.
Koordinator Prodi Farmasi, Apt. Muhammad Subhan A. Sibadu, S.Farm., M.Si, dalam sambutannya, menyampaikan rasa terima kasih kepada narasumber yang datang dari Jakarta, pentingnya kolaborasi antara akademisi dan lembaga riset seperti BRIN.
Subhan menambahkan, kuliah tamu ini kesempatan langka bagi kami untuk mendalami teknologi pengobatan kanker yang lebih modern dan canggih.
“Diharapkan mahasiswa dapat menyerap ilmu yang dishare, terutama mengenai peran radiopharmaceuticals dalam terapi kanker,” tandasnya.
Subhan, juga mengajak mahasiswa untuk memahami teknologi terbaru dalam pengobatan kanker yang lebih spesifik, dan berbasis genetik, bukan hanya bergantung pada kemoterapi tradisional.
“Semoga kuliah tamu ini tidak hanya menambah wawasan mahasiswa, tapi juga mendorong kolaborasi lebih lanjut antara Prodi Farmasi Unkhair dan BRIN untuk penelitian dan pengembangan mendatang,” tutupnya. (Kehumasan)*
Terpisah, Peneliti Ahli Pertama di Pusat Riset dan Teknologi Radiosotop dan Radiofarmaka BRIN, Apt. Alfian Mahardika Forentin, S. Farm., M. Si, menjelaskan perkembangan teknologi dalam penanganan kanker kini memungkinkan pengobatan dilakukan tanpa harus melalui operasi.
“Inovasi ini sangat signifikan, karena radiofarmaka dapat diberikan melalui injeksi, menjadikan proses pengobatan lebih mudah dan nyaman bagi pasien,” jelasnya.
Menurutnya, keberadaan teknologi ini diharapkan mampu mengurangi ketakutan pasien kanker yang sering kali enggan menjalani pengobatan karena kekhawatiran akan prosedur bedah.
“Dengan metode injeksi, pasien dapat menjalani terapi dengan lebih tenang, tanpa rasa cemas yang biasanya menyertai tindakan operasi,” ucapnya.
Meskipun, tambah Alfian Mahardika, penggunaan radiofarmaka menawarkan banyak keuntungan, Alfian juga menyoroti terapi ini tidak lepas dari risiko efek samping, seperti gangguan produksi sel-sel darah.
“Sementara efek samping yang ditimbulkan cenderung lebih minimal dibandingkan dengan obat kanker konvensional. Hal ini menjadi harapan baru bagi pasien kanker untuk mendapatkan pengobatan yang lebih aman dan efektif,” tambahnya.