Kasih Bambu dalam Ber-Arsitektur yang Adil dan Berkelanjutan

Unkhair. Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Khairun gelar Kuliah Tamu dengan tema Arsitektur Bambu, Penerapan dan Keberlanjutannya.(Rabu. 5 Oktober 2022). Kegiatan yang berlangsung di Aula Nuku Gedung Rektorat Unkhair menghadirkan narasumber Prof. Dr. Yulianto P Prihatmaji, ST, MT, IPM, IAI dari Unversitas Islam Indonesia

Narasumber adalah dosen di Universitas Islam Indonesia sekaligus pemarkarsa Bambooland Indonesia, program pemuliaan tanaman bambu dan produk turunannya melalui pendampingan masyarakat bagi pemanfaatannya secara beradab dan lestari.

Hadir dalam kesempatan itu Koordinator Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Khairun, Ibu Firdawaty Marasabessy, ST, M.Si bersama dosen serta mahasiswa

Dihadapan mahasiswa dan dosen Arsitektur Unkhair Pak Aji sapaan akrab Prof. Dr. Yulianto P Prihatmaji mengatakan bahwa  di Indonesia sendiri memiliki berbagai jenis bambu dan pemanfatannya. Hampir di setiap daerah memiliki produk yang dihasilkan dari bambu, mulai dari perabotan, salah satunya Soloi dari Maluku Utara maupun Rumah Tradisional dari Toraja. Hal inilah yang tidak dimiliki bangsa asing dan seharusnya terus dikembangkan dan dilestarikan.

Untuk  diketahui bahwa bambu merupakan salah satu tanaman yang hampir keseluruhan bagiannya dapat dimanfaatkan, mulai dari akar hingga daun dan paling sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, salah satunya ruas bambu yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.

Ilmu terkait Bambu dengan metode Quadruplearning meliputi Bamboomind, Bamboology, Bamboonlicious, dan Bambooisme. Semuanya diawali dengan pola pikir dan paradigma bambu yang sudah tertanam di benak masyarakat,  kemudian melihat kembali pengetahuan tentang bambu yang telah ada serta kenyamanan akan tercipta sehingga teknologi dapat berkembang serta kebiasaan akan meningkat maka bambu dapat menjadi tradisi dan identitas dari masyarakat, tutur Pak Aji.

Dijelaskan bahwa bamboo merupakan jenis bahan bangunan yang berkelanjutan dan tentunya bersifat ramah lingkungan. Jenis bambu yang siap panen untuk digunakan sebagai bahan material adalah bambu yang berusia 7-8 tahun, dipenuhi lumut, dan daun yang mengitari bambu telah gugur keseluruhan. Saat bambu ditebang tidak langsung diangkat namun dibiarkan 3-4 hari terlebih dahulu baru kemudian ditarik keluar dari rumpunnya.

Pak Aji  juga  menganalogikan perawatan Bambu seperti perempuan, yang mana perempuan butuh sepatu hak untuk menghindarkan dari air yang mengalir di bawahnya, kemudian perempuan butuh topi  lebar untuk melindungi dari matahari, serta menjaganya agak tetap dalam kondisi yang baik. Sehingga pada bamboo dibuat agak tinggi dari tanah, bagian atasnya dibuat pelindung agar tidak terkena matahari langsung, biasanya ada tanaman liar yang tumbuh atau ditambah material atap lain yang lebar sehingga berfungsi sebagai pelindung bagian luar, serta yang terakhir untuk menjaganya dibutuhkan breathing wall.

Diakhir materi kuliah tamunya, Pak Aji mengingatkan bahwa penerimaan bambu pada bangunan sepatutnya diperlakukan dengan adil sebagaimana penerimaan material modern layaknya beton dan baja sehingga bambu dapat menjadi bahan yang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Apalagi Indonesia dikelilingi laut dengan iklim tropis, diperlukan adanya material thinking atau berpikir adil terhadap bahan bangunan. Acara ditutup dengan penyerahan plakat kepada pemateri oleh Koordinator program srudi Arsitektur Unkhair dan foto bersama mahasiswa Arsitektur. (Humas) Riilis : Titien Arsitek / Editor: Suratin Foto : Arsitek