Hari ini, 27 Februari 2023 Universitas Khairun (Unkhair) mencatat satu pencapaian yang sangat penting dalam sejarah kemajuannya.
Dua puluh satu (21) lulusan Fakultas Kedokteran (FK) diambil sumpahnya sebagai dokter, setelah menjadi sarjana kedokteran, menjalani co-ass 1,5 sampai 2 tahun, dan mengikuti ujian profesi dokter. Semuanya berlangsung ketat dan sangat disiplin. Memang demikian adanya karena pekerjaan profesi ini tidak hanya menyehatkan tetapi juga menyangkut nyawa manusia.
Pengukuhan 21 dokter itu dilaksanakan di hotel Sahib Bela, Ternate Selamat kepada 21 dokter lulusan FK Unkhair. Selamat juga kepada Rektor Unkhair, Dekan FK, seluruh jajaran pimpinan, dosen, dan tenaga kependidikan yang menjadi orang-orang penting dan hebat. Ringkasnya, tahniah untuk seluruh civitas akademika Unkhair.
Sebatas pengetahuan saya, sejarah pendirian FK Unkhair cukup panjang. Ide, gagasan, dan cita-cita, bahkan usaha pendirian pendidikan dokter sudah dimulai sejak Unkhair dipimpin Rivai Umar (1989–2009). Usulan pembukaan/pendirian pendidikan kedokteran sudah dimulai di masa ini. Tahunnya saya lupa, tapi kira-kira di tahun-tahun terkakhir Rivai Umar menuntaskan tugasnya. Cukup serius usaha waktu itu. Sayangnya, proses pengusulan itu terhenti di tengah jalan karena adanya kebijakan moratorium pembukaan pendidikan dokter oleh kementerian (baca: Ditjen Dikti)
Di masa tugas Gufran A. Ibrahim (rektor 2009–2013), usulan pembukaan pendidikan kedokteran dilakulan lagi. Warek Bidang Akademik yang waktu itu diemban Husen Alting bahkan bertugas menemui Konsili Kedokteran Indonesia (KKI). Lagi-lagi usulan waktu itu terhenti karena Dikti sedang melakukan evaluasi atas penyelenggaraaan pendidikan S1 Kedokteran di Indonesia.
Barulah pada saat saat Husen Alting menjadi rektor (2013–2021), evaluasi penyelenggaran pendidikan S1 Kedokteran selesai dan moratorium dicabut. Kesempatan yang baik ini dimanfaatkan Unkhair untuk mengusulkan pembukaan pendidikan kedokteran. Husen Alting sebagai rektor dan semua jajarannya bekerja keras di antara berbagai keterabatasan dan kekurangan.
Tahun 2014 dan 2015 adalah tahun-tahun kerja total Husen Alting dan rekan-rekannya. Bahkan, suatu hari di tahun 2014, Husen Alting mengajak dua mantan rektor (Rivai Umar dan Gufran A. Ibrahim), bersama Gubernur Maluku Utara, Abdul Gani Kasuba, bertemu salah satu dirjen di Kementerian Kesehatan RI dalam rangkan meminta dukungan atas pendidikan kedokteran Unkhair.
Ringkas kata, usaha yang tak mengenal lelah, tiga tahun kemudian sejak diamahi sebagai rektor, barulah Husen Alting dkk mewujudkan pendirian pendidikan kedokteran. Tahun 2016 izin pendirian pendidikan kedokteran Unkhair diterbitkan Ditjen Dikti.
Tentu saja dalam pengusulan dan penyiapan infrastruktur yang diperlukan, Unkhair tidak bekerja sendiri. Sebatas pengtahuan saya, para dokter di daerah ini, pemerintah provinsi, pemperintah kabupaten/kota serta RSUD Chasan Busoiri adalah pemangku kepentingan yang telah berkontribusi sangat baik sesuai dengan kapasitas dan otoritas masing-masing. Bahkan, almarhumah dr. Mahraeni Hasan, SpA melepaskan tugasnya di sebagai dokter di pemerintah daerah dan mengabdikan diri membangun FK Unkhair sebagai dekan pertama.
Hari ini, dalam rentang waktu 6 atau 7 tahun, Unkhair telah menghasilkan 21 dokter untuk pertama kalinya. Dalam bahasa lokal dan dalam tradisi bercocok tanam, dalam kurum 6 tahun, FK Unkhair mengukuhkan 21 dokter magori.
Dua puluh satu dokter magori ini telah menuliskan sejarah sebagai dokter pertama lulusan FK Unkhair. Merekan akan menjadi pionir bagi adik-adiknya yang sekarang sedang kuliah maupun calon mahasiswa yang akan masuk ke FK Unkhair.
Ada satu hal lain yang menarik. Berdasarkan laporan Rektor Unkhair, M. Ridha Ajam pada wisuda Desember 2022 lalu dan penjelasan Dekan FK, Liasari Armayn, keikutsertaan 21 calon dokter ini dalam ujian profesi dokter yang diselenggarkan Ditjen Dikti dengan angka kelulusan 100%. Pertama kali FK Unkhair mengikutsertakan calon dokter dalam ujian profesi dokter dan semuanya lulus. Penjelasan rektor dan dekan, ini baru pertama terjadi dalam sejarah ujian profesi dokter.
Karena itu sekali lagi, kita perlu memberi apresiasi pada semua pihak yang mencatatkan dirinya sebagai bagian yang sama-sama pentingnya dalam pendirian FK Unkhair.
Rivai Umar dan jajarannya yang merintis gagasan dan rencana, Gufran A. Ibrahim dan koleganya yang meneruskan rencana tersebut, Husen Alting dan jajarannya yang memastikan terbitnya izin dan melaksanakan pendidikan kedokteran, dan M. Ridha Ajam yang memastikan proses peningkatan tata kelola hingga lahir 21 dokter magori adalah satu garis kontinum legasi untuk semua yang diberi amanah memajukan Unkhair.
Di atas segalanya itu, di masa Husen Alting-lah FK Unkhair lahir dan tumbuh.
Legasi itu pasti akan dilanjutkan, dimajukan, bahkan dikuatkan M. Ridha Ajam dan koleganya yang sekarang sedang diberi amanah.
Sebelum tulisan pendek yang pasti belum lengkap ini diakhiri, selain dengan gembira dan bangga mengucapkan selamat, saya sebagai orang awan mengajukan tiga pertanyaan yang mungkin naif dan konyol. Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin menjadi “PR” bagi FK, dokter, dan para pemangku kepentingan kesehatan masyarakat.
- Mengapa manusia dalam sejarah hidupnya (pasti) sakit?
- Semakin banyak ilmuwan di bidang kedokteran, semakin maju teknologi pengobatan, semakin banyak dan modern serta makin canggih pelayanan kesehatan, tetapi mengapa rumah sakit tak pernah sepi dari pasien?
- Bukankah rumah sakit itu rumah yang menyehatkan?
Tiga pertanyaan ini mungkin pertanyaan konyol. Kalau konyol, abaikan!
Proficiat FK Unkhair!
Ibrahim Gibra , 27 Februari 2023
Catatan: mohon maaf bila ada penyebutan yang tidak ajeg atau salah dalam tulisan ini.
Penulis : Ibrahim Gibra / Foto : Humas Unkhair